THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Diciptakan berbeda bukan untuk bermusuhan


Lihat Kartu Ucapan Lainnya (KapanLagi.com)

Selasa, 26 Oktober 2010

Gunung Tangkuban Perahu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia kaya akan keragaman budaya. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk system agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Salah satu objek wisata yang erat dengan kebudayaan misalnya Gunung Tangkuban Perahu. Gunung Tangkuban Perahu merupakan objek wisata di Jawa Barat yang dapat menarik para pengunjung dengan keindahan alamnya serta sejarah-sejarah dan legenda yang ada sebagai salah satu pendukung kekayaan keanekaragaman budaya di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah sbagai berikut:

ü Dimana Letak objek wisata Gunung Tangkuban Perahu?

ü Apa yang dimaksud minarasa?

ü Apa saja yang ada di objek wisata Gunung Tangkuban Perahu?

ü Brapa Tarif masuk ke objek wisata Gunung Tangkuban Perahu?

ü Bagaimana cerita legenda Gunung Tangkuban Perahu?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Gunung Tangkuban Perahu

Gunung Tangkuban Perahu atau Gunung Tangkuban Parahu merupakan salah satu gunung terbesar di dataran Parahyangan. Gunung Tangkuban Perahu terletak di perbatasan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Subang, Jawa Barat. Bagian selatan kawasan ini merupakan wilayah kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung, sementara bagian utaranya termasuk wilayah Kecamatan Segalaberang, Kabupaten Subang, yaitu sekitar 29 km sebelah utara kota Bandung, atau ± 60 km dari kota Subang. Dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh di sekitarnya, gunung Tangkuban Parahu mempunyai ketinggian setinggi 2.084 meter.

Bentuk gunung ini adalah Stratovulcano dengan pusat erupsi yang berpindah dari timur ke barat. Jenis batuan yang dikeluarkan melalui letusan kebanyakan adalah lava dan sulfur, mineral yang dikeluarkan adalah sulfur belerang, mineral yang dikeluarkan saat gunung tidak aktif adalah uap belerang.

Daerah Gunung Tangkuban Perahu dikelola oleh Perum Perhutanan. Suhu rata-rata hariannya adalah 17oC pada siang hari dan 2 oC pada malam hari.Gunung Tangkuban Parahu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Gunung Tangkuban Perahu merupakan salah satu gunung berapi yang masih aktif di pulau jawa.

Menurut catatan sejarah, orang kulit putih yang pertama kali mendaki gunung tersebut adalah Abraham Van Riebeek pada tahun 1713. Namun tragis baginya karena dalam perjalanan yang sangat melelahkannya dari puncak gunung ini, dia meninggal dunia pada tanggal 13 November 1713. Abraham V.R. dikenal pula sebagai orang yang pertama kali membawa benih tanaman kopi ke pulau Jawa. Selain Abraham, seorang ilmuwan dan pencinta alam asal Jerman, yakni Dr. Franz Wilhem Junghun yang berjasa membudidayakan tanaman kina di tanah Priangan, memilih tempat tinggalnya di lereng gunung ini menjelang ajalnya pada tahun 1864, dia memohon kepada dokter yang merawatnya agar diizinkan memandang panorama indah gunung Tangkuban Perahu lewat jendela kamarnya.

Jalan menuju puncak gunung Tangkuban Perahu baru mulai dibangun pada tahun 1906, atas prakarsa “Bandoeng Voorit”, setelah organisasi yang dibangun oleh orang-orang Belanda yang bertujuan membantu dan mendampingi pemerintah membangun Bandung, termasuk sektor kepariwisataannya.

Di kawasan taman wisata ini terdapat 10 kawah, antara lain: kawah Ratu, kawah Upas, Kawah Batu, Kawah Domas, dan Kawah Jurig. Kawah-kawah ini terjadi karena letusan gunung Tangkuban Perahu pada tahun 1829, 1846, 1887, 1910, 1926, dan 1929. pada tahun 1829-1969, gunung Tangkuban Perahu yang bersifat strato ini telah meletus sebanyak 18 kali. Letusan keseluruhan, keadaan lapangan tanaman wisata ini menurun ke arah Barat ke arah Timur, sedangkan bagian yang datar berada di bagian atas sekitar kawah Ratu dan kawah Upas yang merupakan pusat konsentrasi pengunjung.

Kawasan ini mempunyai beberapa daerah ketinggian. Kompleks kawah Ratu dan Kawah Upas terletak pada ketinggian ± 1830 m diatas permukaan laut. Sedangkan kawah Domas berada pada ketinggian ± 1650 m di sebelah Utara yaitu sekitar 2084 m diatas permukaan laut.

Objek wisata ini terdiri atas beberapa kelompok pertama, kawah berapi yang berada di kompleks kawah Ratu, kompleks kawah Upas dan kompleks kawah Domas.

Kawah Ratu merupakan kawah terbesar di lokasi ini, dikuti dengan Kawah Upas yang terletak bersebelahan dengan kawah ratu dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki kurang lebih 25 menit menempuh jarak sekitar +/- 1500 meter dari pos pengamat, mengitari tepi Kawah Ratu, berlawanan arah jarum jam. Kawah Upas memiliki dasar kawah yang dangkal dan datar, dengan pepohonan liar tampak banyak tumbuh di salah satu sisi dasar kawah. Mungkin dikarenakan dangkal dan tidak terlalu luas, disamping juga harus ditempuh dengan jalan kaki terlebih dahulu, (berbeda dengan Kawah Ratu dimana mobil pribadi bisa parkir tepat di bibir kawah), Kawah upas jarang dikunjungi wisatawan. Pemandangan yang disajikan pada Kawah Upas ini cenderung “biasa-biasa” saja, namun dimungkinkan untuk menikmati pemandangan Kawah Ratu dari sisi yang berbeda, mengingat bibir Kawah Ratu dan Kawah Upas menyatu dalam bentuk satu jalur pendakian, dengan Kawah Ratu pada sisi kiri dan Kawah Upas pada sisi kanan.

Objek wisata kedua yaitu mata air panas yang memancar ke atas (gelser) yang terletak dalam kawah Domas. Lapisan-lapisan kulit bumi para dinding-dinding kawah memiliki daya tarik tersendiri dan merupakan obyek geologi.

Objek wisata ketiga yaiu panorama alam yang indah dan mudah dilihat dari beberapa daerah ketinggian di sekitar kawah seperti laut jawa di sebelah Utara, lembah-lembah dan perbukitan serta pemandangan kota-kota terdekat seperti Bandung, Cimahi dan Subang.

Kegiatan yang dilakukan di kawasan wisata ini antara lain berkemah, mendaki gunung, rekreasi alam, fotografi dan lintas alam.

Di sekitar kawasan taman wisata ini terdapat obyek wisata lainnya seperti pemanduan air panas Ciater yang terletak di kecamatan Sagalaherang, kabupaten Subang, air terjun Maribaya, yang terletak sekitar 15 km dari Tangkuban Perahu/sekitar 5 km di kota Lembong, Curug Cimahi yang terletak di desa Cisarua.

B. Manarasa

Manarasa adalah pohon yang banyak terlihat di sekitar kawah. Daun tanaman ini akan berwarna kemerah-merahan jika daun sudah tua. Daun yang sudah berwarna merah dapat dimakan dengan rasa mirip seperti daun jambu dengan sedikit rasa asam. Daun ini dapat mengobati diare dan dipercaya akan membuat awet muda. Daun ini dipercaya oleh masyarakat sekitar selalu dimakan oleh Dayang Sumbi yang awet muda dalam legenda terjadinya Gunung Tangkuban Perahu.

C. Fasilitas dan Tarif Masuk

Fasilitas yang terdapat di objek wisata Gunung Tangkuban Parahu diantaranya yaitu Toko Cinderamata, cafétaria dan pusat informasi (TIC), warung-warung souvenir, homestay, camping ground, area outbound, area parkir, area berkuda. Untuk memasuki kawasan Tangkuban Perahu, Anda harus membayar tiket Rp 13.000,- per orang ditambah tiket untuk kendaraan.

D. Aksesibilitas

Untuk menuju ke obyek wisata ini, pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi baik roda 2 maupun roda 4 atau angkutan umum. Adapun waktu tempuh ke obyek wisata Sari Ater, yaitu dari kota Subang dengan waktu tempuh sekitar 40 menit ke arah selatan sedangkan dari Bandung sekitar 50 menit dan dari Jakarta via tol Sadang dengan waktu tempuh sekitar 3 jam sedangkan dari obyek wisata air panas Ciater dengan waktu tempuh 15 menit.

Kondisi jalan menuju kawasan ini, baik dari Subang maupun Bandung sangat baik. Namun yang perlu diperhatikan mengenai kondisi kendaraan, karena menuju lokasi baik dari Subang maupun Bandung akan melalui tanjakan yang cukup berat.

E. Legenda Tangkuban Perahu

Inti cerita legenda Tangkuban Perahu adalah seorang pemuda yang bernama Sangkuriang ingin menikahi seorang wanita bernama Dayang Sumbi yang cantik. Mereka saling jatuh cinta. Tetapi, setelah menemukan bekas luka di kepala Sangkuriang, Dayang Sumbi mengetahui ternyata Sangkuriang adalah anaknya. Sangkuriang dahulu pergi karena merasa kesal dengan kemarahan ibunya. Dayang Sumbi marah karena Sangkuriang membunuh anjing kesayangan mereka ketika gagal berburu rusa untuk ibunya.

Mengetahui Sangkuriang adalah anaknya, Dayang Sumbi tidak mau menikah dengan Sangkuriang. Maka, untuk menolak lamaran Sangkuriang, Dayang Sumbi minta dibuatkan sebuah perahu besarta danaunya dalam waktu 1 malam. Sangkuriang yang sakti meminta bantuan dari jin untuk memenuhi keinginan Dayang Sumbi.

Melihat Sangkuriang hampir menyelesaikan pekerjaannya, Dayang Sumbi berniat menggagalkannya. Berkat doanya, ayam-ayam berkokok. Jin-jin yang membantu Sangkuriang berlarian ketakutan karena mengira hari sudah pagi. Akibatnya pekerjaan membuat perahu dan danau tidak selesai. Sangkuriang yang marah besar karena gagal menyelesaikan pekerjaanya menendang perahu buatannya. Perahu ini kemudian jatuh tertelungkup dan terjadilah Gunung Tangkuban Perahu. Jika dilihat dari kota Bandung, gunung ini menyerupai perahu yang terbalik.

Keberadaan gunung ini serta bentuk topografi Bandung yang berupa cekungan dengan bukit dan gunung di setiap sisinya menguatkan teori keberadaan sebuah telaga (kawah) besar yang kini merupakan kawasan Bandung. Diyakini oleh para ahli geologi bahwa kawasan dataran tinggi Bandung dengan ketinggian kurang lebih 709 m diatas permukaan laut merupakan sisa dari letusan gunung api purba yang dikenal sebagai Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Parahu merupakan sisa Gunung Sunda purba yang masih aktif. Fenomena seperti ini dapat dilihat pada Gunung Krakatau di Selat Sunda dan kawasan Ngorongoro di Tanzania, Afrika. Sehingga legenda Sangkuriang yang merupakan cerita masyarakat kawasan itu diyakini merupakan se buah dokumentasi masyarakat kawasan Gunung sunda purba terhadap peristiwa.



0 komentar: